Menanam cabe, ternyata tidak mudah



Salah satu kegiatan yang menjadi kesukaan saya adalah berkebun. Namun kegiatan berkebun ini tidak untuk menanam bunga tetapi untuk menanam sayuran. Kegiatann atau hobby berkebun ini terinspirasi dari paman saya. Kebun paman saya ini berada di samping rumahnya. Tanaman yang ditanam di kebun paman saya waktu itu adalah cabai rawit. Selain cabai rawit kebunnya juga ditanami sayuran lain secara bergantian seperti sayur sawi. Namun yang membuat minat saya berkebun adalah ketika paman menanam cabai rawit
Menjelang sore hari, saya berkunjung ke rumahnya. Saat sore hari paman saya dan juga istrinya biasanya sedang menyirami tanaman cabai tersebut. Melihat hal itu rasanya menyenangkan sekali. Pohon cabai yang terlihat segar dengan buahnya yang bermunculan diatas begitu indah mempesona. Karena hal tersebutlah lalu  saya berinisiatif untuk menanam cabai di rumah saya.
Untuk memudahkan saya berkebun saya pun membeli beberapa pot yang terbuat dari plastik. Ada berbagai alasan kenapa saya lebih memilih berkebun dengan menggunakan pot. Pertama, agar mudah perawatannya. Kedua, bisa dijadikan tanaman penghias depan rumah. Saya memang memilih cabai untuk dijadikan tanaman hias karena selain jadi penghias cabai juga bisa digunakan untuk keperluan memasak. Jadi saya menganggap tanaman cabai ini memiliki fungsi ganda. Terlebih jika harga cabai melangit, menanam cabai bisa membuat kantong lebih irit.
Setelah membeli pot kemudian saya membeli bibit cabai. Pot yang sudah saya beli kemudian saya isi dengan tanah yang saya campur dengan kotoran sapi. Selanjutnya saya taruh satu buah bibit cabai saya tanam di pot tersebut. Kemudian pot tersebut saya taruh di halaman depan rumah saya. Setiap pagi dan sore selalu saya sirami dan jika ada rumput saya cabuti. Agar cepat bertambah besar akhirnya saya memberikan pupuk buatan pabrik untuk tanaman saya. Dengan bersemangat saya taburkan satu sendok pupuk tersebut di tanaman saya tersebut. Namun sayang, keesokan harinya tanaman cabai saya lalu semua. Dan saya memandangi dengan perasaan sedih dan penuh tanda tanya. Kenapa tanaman saya jadi layu setelah diberi pupuk?
Akhirnya, untuk menemukan jawabannya,  saya pun bertanya kepada orang yang biasa berkebun. Dari jawabannya dapat saya simpulkan, ternyata ada kesalahan dalam cara saya memberikan pupuk. Kesalahan saya ada dua. Pertama, dosisnya terlalu banyak. Kedua, pupuk itu tidak boleh ditaruh tepat dipohonnya, tetapi harus diberi jarak. Jadi memberi pupuk itu tidak boleh sembarangan harus ada aturannya. Karena pupuk banyak bukannya menambah subur tanaman malah sebaliknya membuat tanaman kita layu hingga akhirnya mati.
Dari pengalaman tersebut saya mendapat pelajaran berharga bahwa untuk melakukan sesuatu itu harus ada ilmunya. Jika asal saja tentu hasilnya tidak sesuai dengan harapan kita. Pengalaman berkebun ini nantinya juga akan saya jadikan untuk bekal saya untuk  mulai berkebun kembali. Semua dengan pengalaman yang saya peroleh tadi hobby berkebun saya berhasil dan tidak gagal lagi.

Komentar

Postingan Populer