Memaafkan dan meminta maaf sama-sama berjiwa besar



Berbicara meminta maaf dan memaafkan manakah yang lebih sulit? Sebagian orang mengatakan meminta maaf jauh lebih mudah daripada memaafkan. Tetapi menurut saya semuanya sama-sama sulit dan butuh dialog hati yang cukup panjang.
Ketika orang mau meminta maaf maka ia harus memiliki keberanian. Membangun keberanian untuk meminta maaf tidak semudah membalik telapak tangan. Ia harus berani mengalahkan egonya, harus mampu menasehati hatinya. Setelah itu ia pun harus menyesali secara sungguh-sungguh perbuatan yang telah merugikan orang lain. Dan berupaya sebaik mungkin untuk memperbaiki kesalahannya. Karena orang yang layak dimaafkan adalah orang yang benar-benar mau berubah. Bukan hanya manis dibibir tetapi perubahan sikapnya nihil.
Karena yang membawa kebaikan adalah perubahan sikapnya, bukan karena dimaafkan salahnya. Tentu yang dinilai orang bukan hanya keberanian dalam meminta maaf tetapi perubahan sikap ke arah lebih baik akan memberikan poin tersendiri. Sejauh mana ia menyadari dan mau memperbaiki kesalahannya. Oleh karenanya, orang yang meminta maaf selain memiliki keberanian tetapi harus mampu menunjukkan perubahan perilaku yang jauh lebih baik.
Orang yang mau meminta maaf harus bisa menata hatinya seandainya nanti permohonan maafnya tidak langsung diterima dengan baik. Mungkin kali ini ia belum memperoleh maaf tetapi sebagai seseorang yang benar-benar telah menyadari kesalahannya ia tidak boleh Patang arang untuk terus meminta maaf dan menunjukkan perilaku yang baik kepada orang yang dulu pernah disakitinya.
Sebaliknya memberikan maaf juga bukan perkara mudah. Ia harus bisa mengiklaskan semua yang telah terjadi. Belajar mengiklaskan adalah hal yang sulit dilakukan. Ia juga harus menasehati hatinya agar tidak terlalu menuruti  hawa nafsunya. Ego dan hawa nafsunya harus berhasil ditundukkan. Karena tanpa itu akan sulit untuk memaafkan. Hanya orang-orang yang  bijaksana dan berjiwa besar yang bisa melakukannya.

Komentar

Postingan Populer